Suatu hari, si majikan memberi tugas kepada
pembantu tersebut untuk pergi ke luar kota menagih utang. Sebelumnya, dengan
nada pongah dia berpesan, "Pembantuku, setelah kamu berhasil menagih semua
uang itu, pergilah berkeliling kota untuk mencari dan membelikan barang yang
belum aku miliki!"
Di dalam hati, si bangsawan tertawa geli. Sebab,
dengan pesan ini, ia ingin mempermainkan pembantunya. Dia tahu bahwa tidak ada
suatu barang berharga apapun yang belum dimilikinya.
Beberapa hari kemudian, saat pembantunya pulang,
si bangsawan menyambutnya dengan antusias. Ia ingin tahu barang apa yang
berhasil dibeli oleh pembantunya. Tetapi, alangkah kaget dan marahnya ia,
ketika tahu bahwa uang yang berhasil ditagih, dihabiskan si pembantu dengan
memberikan barang-barang kepada orang-orang miskin di sana. Tanpa mau mendengar
lebih lanjut alasannya, si pembantu dihukum dan diperlakukan dengan buruk.
Suatu ketika, terjadi bencana alam yang luar
biasa di sana. Seluruh harta si bangsawan musnah dan dia pun jatuh bangkrut!
Karena musibah tersebut, sang bangsawan memutuskan untuk pergi ke kota lain
guna mencari kehidupan baru. Sementara, sang pembantu yang sering dicacinya,
tetap setia mengikutinya.
Setelah berjalan berhari-hari, keduanya tiba di
sebuah kota. Penduduk di sana menyambut mereka dengan baik dan ramah. Bahkan,
banyak di antara mereka yang memberi makan dan tumpangan. Mendapat perlakuan
yang sangat ramah tersebut, si bangsawan keheranan. Ia tidak menyangka akan
mendapat perlakuan seperti itu. Lantas, ia pun bertanya kepada si pembantu.
Pembantu itupun kemudian memberi penjelasan,
"Tuanku, saya pernah kemari beberapa waktu lalu. Tuan pasti ingat, sewaktu
tuan memberi tugas kepada saya untuk membelikan barang yang belum Tuan miliki,
dengan semua uang hasil tagihan. Uang itu telah saya gunakan untuk menolong
orang-orang yang membutuhkan bantuan saat itu. Sekarang, giliran merekalah yang
menolong kita."
Si pembantu melanjutkan, "Waktu itu, Tuan
telah punya semua barang. Hanya satu barang yang tuan belum miliki, yaitu
cinta. Maka, waktu itu saya berusaha mendapatkannya, untuk Tuan. Dan cinta
itulah yang saat ini memberi kehidupan baru kepada kita. Mudah-mudahan Tuan
bisa memahami dan tidak marah lagi atas tindakan saya waktu itu."
Kemudian, dengan mata berkaca-kaca, si bangsawan
memeluk pembantu setianya itu. Ia pun berucap, "Sekarang aku baru sadar,
aku adalah seorang kaya yang miskin. Miskin cinta, miskin perhatian pada orang
lain! Terima kasih sahabat... Maafkan aku karena telah memperlakukanmu dengan
semena-mena. Padahal, engkau telah ‘membelikan' cinta yang tidak aku miliki.
Sekarang, justru cinta itulah yang menolong kita untuk memulai kehidupan
baru."
Sobatku yang Luar Biasa!
Kita hidup di dunia ini tidak sendiri, namun
saling bergantung satu sama lain. Kita sangat membutuhkan orang lain agar hidup
kita tidak menjadi kaku dan monoton. Disadari atau tidak, manusia secara alami
memiliki keterkaitan satu sama lain. Karena itu, apa yang kita lakukan pada
orang lain dan apa yang kita perbuat saat ini, bisa memberi dampak yang
terkadang tidak kita sangka di masa mendatang.
Sebagaimana yang diceritakan pada kisah di atas,
kita mungkin tidak akan menyangka akibat dari perbuatan baik yang kita lakukan.
Mari, asah naluri dan nurani kita agar makin
terbiasa membantu orang lain. Dengan begitu, kita telah menanam banyak benih
cinta. Kelak, buahnya akan membawa kita pada kebahagiaan yang sesungguhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar